THE ORIGIN OF SMPN 19

SEJARAH SMP N 19 DUMAI
     
       Pada tanggal 14 juli 2oo9 berdirilah suatu sekolah yang dinamakan SMP PN (persiapan negeri ) Dusun terpencil yaitu Dusun Bulu Hala yang beralamat di Kel. Basilam Baru Dumai, tujuan awal didirikannya adalah untuk memberdayakan siswa /siswi tempatan dan anak putus sekolah, karena jarak dan kondisi Dusun Bulu Hala dengan pusat Kota Dumai cukup jauh disebabkan akses transportasi yang belum dibangun, sehingga mereka sulit untuk melanjutkan pendidikan tingkat SMP sederajat di wilayah Kota Dumai.
    SMP PN yang semula dibangun oleh swadaya masyarakat setempat berjumlah 3 ruangan kelas dengan sarana dan prasaran apa adanya dan serba terbatas, Tenaga Pendidiknya masih berjumlah 4 orang dengan Status Guru Bakti/Relawan yakni mengajar tanpa dibayar (diupah).
     Dengan semangat juang siswa dan Guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah tempatan, hal tersebut menjadi perhatian dari pihak Dinas Pendidikan Kota Dumai, sehingga pada awal tahun 2010 sekolah SMP PN resmi dijadikan sekolah cabang dari SMPN 6 Dumai, setelah menjadi anak cabang selama 4 tahun di SMPN 6, dan melihat perkembangan serta potensi dari SMPN 6 Kelas Jauh, maka pada tanggal 26 Mei 2o14 sekolah SMP N 6 kelas jauh  resmi berdiri sendiri menjadi SMP N 19 di Kota Dumai, bahkan sekolah ini mendapatkan bantuan pembangunan dari Pihak asing (Australia) atau dikenal dengan AUS AID ( Australian Aid) melalui hubungan bilateral Kementerian Pendidikan Indonesia-Australia.

Adapun kepala sekolah yang pernah bertugas di sekolah ini dari mulai menginduk sampai berdiri sendiri yaitu :
Dahlan Effendi                          (2009-2010)
Suryetti                             (2011-2012)
Zulkifli                       (2012-2014)
Andi Effendi                  (2014-2017)
Yunir. KR                                        (2017- 2019)
Fitri Hayati, S.Pd.                          (2019- Sekarang)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Jalan Tak Bertangan

Jalan Tak Bertangan Oleh SUYATNO, S.Pd                 Goresan pena masih tertulis jelas di buku agenda harianku. Hari itu Senin, 7 No...